Like this ?

Rabu, 01 Agustus 2012

Puasa kini berbeda karena biasa...

Ketika Saya sudah mulai mengenal ibadah termasuk sholat, saya termasuk anak yang selalu ingin tahu, saat itu ingin sekali memakai mukena, tapi tidak terbeli, akhirnya jarik dari mbahku yang kupakai, menutupi ala ninja berfungsi seperti mukena.Sampai pada rutinitas ibadah puasa, setiap hari selalu tak terlewat untuk mengikuti rutinitas yang biasa ini. Selalu ada kerinduan, disetiap tahunnya, pada saat TK aku mulai mengerti bahwa muslim itu wajib puasa, saat itu saya kentutpun kutahan biar puasanya sempurna, meskipun hanya setengah hari. selanjutnya hari2 sekolah yang libur dihabiskan dengan jalan - jalan sambil perang petasan dan main domino. Tapi ibadahnya juga tidak kalah, Saya termasuk anak yang cepat ngajinya, maklum sejak SD aku sudah mulai mengajar ngaji, privati anak sehingga setiap kali dimasjid tadarus bergroup minimal 7 kali qhatam quran saat romadlon, setiap khatam selalu di akhiri dengan syukuran tumpeng, ada yang bawa nasi, kering, ayam, buah atau minum. ngajinya juga bergantian, hbs terawih yang ngaji perempuan, baru setelah jam 10, 11 malam dihanti yang laki2. aku juga berusaha nggak bolong utuh sampai 23 rokaat, pada saat sholat witir hari ke 20, saya nggak pernah lupa kalo diselingi baca " Allahummadini fiman hadaid...amin".Itu berlangsung sampai SMA, ada satu hal yang menarik saat tadarus dimasjid desa saat usiaku SMA, saat itu aku selalu menunggu, bersemangat, berenergi dari ayat satu ke ayat yang lain satu nama yang selalu kubaca dengan penuh perasaan. Nama itu adalah nama seseorang kakak kelas yang kukagumi saat SMA, bukan cinta pertama sich... Rutinitas setiap romadlon itu berlalu ketika Saya hijrah kuliah di Jogja, banyak hal yang kutemui, dengan adat baru, teman baru, kebiasaan baru, yang kuingat melewatkan romadlon saat kuliah adalah selalu mencari masjid yang baru, untuk nemu takjil atau bukaan gratis, banyak masjid yang sholatnya nggak sampai 23, cukup 8 rokaat witirnya bisa dirumah. Saya sering memasak dikontrakan, es buah, es sarang burung, ikan bakar, dan selalu saya bagi2 dengan komunitas yang tinggal dikontrakan yang lain. Kebetulan saat itu saya juga bertemu dengan calon suami saya, alhasil kontrakannya selalu kebanjiran rejeki berupa makanan dan minuman yang dibuat dengan cinta. Yang menarik lagi untuk menyakinkan keseriusan hubungan saya, saya bela - belain berkunjung ke calon mertua, dengan naik kereta ekonomi, berangkatnya sich asik2 saja, tapi ketika pulang saat itu H-2 menjelang lebaran saya harus berdesakan di kereta ekonomi berdiri dengan satu kaki dari Cirebon sampai Surabaya....walah merasakan juga mudik ala Indonesia. Setelah menikah, saya masih di Yogja, saat Romadlon datang, kebetulan saya langsung hamil, selalu muntah selalu mual. Saya pindah kontrakan, saat itu berharap dapat kontrakan yang seperti rumah selayaknya orang rumah tangga, tetapi harus dimaklumi dengan kontrakan 1 kamar saja, ya namanya kos2an, saya bertetangga kamar dengan keluarga yang beranak 3, istri dirumah suami kuli panggul pasar. sedangkan suami saya apel mingguan karena kerjanya lintas propinsi di daerah pacitan. Dia menyadap getah pinus dijual ke pekalongan, bahkan terkadang nyupirin truk sendiri. Saya sering berganti puskesmas atau rumah bersalin untuk memeriksakan kandungan saya, pernah suatu saat karena kondisi mual terus, dan itu tidak mungkin puasa saya dikasih saran bahwa Allah memberikan keringanan untuk ibu2 yang hamil, menyusui atau sakit. seketika ada yang berbeda di romadlon saat itu. karena kondisi saya muntah terus kami dikash resep anti muntah dan vitamin, diminum 2 jam sebelum makan, pilnya kayaknya warna pink2 gitu. Kemudian ditebuslah si obat, tapi melihat harganya saat itu tidak ada uang didompet yang cukup untuk menebusnya, suami pura2 ijin ke farmasinya ambil ATM, tetapi dia muter ke kontrakan teman2 nyari utangan, alhasil kami hanya mampu nebus separoh, dan pil2 itupun nggak terminum krn tetap saja dimuntahkan. Beberapa minggu kemudian saya periksa lagi, saat itu satu kerinduanku aku ingin pulang, merasakan lebaran seperti dimasjidku dulu, tapi apa yang bidan bilang : "Keluargamu sudah disini, ada suami dan anak di kandunganmu, sebaiknya tidak melakukan perjalanan krn usia kandungan masih muda". Untuk pertama kalinya saya tidak lebaran di kampung halaman saya. Sedih rasanya... Beberapa bulan kemudian, kami hijrah kekalimantan, tentunya kalau mau pulang harus nyebrang pulau dengan perjalanan udara atau kapal, kini sudah ada si kecil, kami jauh, kami mulai lagi dari awal, menikmati hidup berkeluarga, kami terbiasa tidak harus pulang berlebaran. Dan kami bersepakat akan pulang KeJawa setiap 2 Tahunan, ini adalah tahun keempat, saya tinggal, thn ini harusnya saya pulang, tetapi kok rasanya biasa saja, dari awal Romadlon sampai detik inipun tidak ada kerinduan yang menggebu, tidak ada rutinitas yang ditunggu, apakah sayanya yang berubah atau Romadlonya yang sekarang berubah. Semua menjadi biasa saja...lewat mungkin sedikit berbekas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar