Like this ?

Minggu, 05 Agustus 2012

Menikmati Perjalanan Mendaki

Bontang, 6 Agustus 2012 Part 1 : Masa kecil didesa Hari ini masih tersisa di bulan Romadlon, tetapi saya tidak hendak bercerita tentang puasa. Saya mau berbagi cerita tentang pengalaman menjelajah saya. Hobby ini awalnya dari masa kecil, ya kalau dibilang sekarang mirip acara Bolang ( Bocah Petualang ) di TV. Saya tinggal di pinggiran Kota Surabaya, saat itu masih ditemui sawah – sawah membentang, kebun2 yang meneduhkan. Banyak sekali pengalaman menarik pada masa kecilku. Apalagi pada saat libur puasa, berjalan – jalan menelusuri sawah, tebu, sungai sudah menjadi keasyikan tersendiri. Hampir setiap hari di siang selepas sekolah, saya selalu kekebun2, memanjat mangga, kebun jambu orang, adrenalin muncul kalau si Empunya kebun jambu, marah – marah teriak …Maling – maling, secepat kilat kita pergi dengan jambu diselip dikaos perut. Dalam menjalankan aksi memang selalu bersama, sekitar 3 – 5 orang. Pernah juga suatu waktu, saya memanjat keres ( kersen, cilok, ceri) untuk batang pohon ini memang agak rapuh, tapi sangat mudah untuk dipanjat, kami berdua sepohon, tiba2 teman saya jatuh karena salah ranting..Bukkkk…waduh….anaknya diam saja, apa pingsan ya… nggak lama kemudian dihidungnya keluar darah…seketika itu saya lari sekencang – kencangnya mencari bantuan. Kejadian teman jatuh ternyata tidak membuat saya kapok untuk menjelajah lagi, kali ini pohonan yang dituju adalah kuburan, tempat ini bagi saya indah sekali, saya menemukan keteduhan yang menetramkan hati disaat terik matahari, tetapi aroma mistis tiba2 memberdirikan bulu kudu ketika menjelang sore ke maghrib. Mencari2 bunga kamboja yang jumlah kelopaknya tidak biasanya, seperti 4, 6 atau 8 katanya sich kalo di simpen di Al Quran jadi pinter, apalagi kalo disimpen di Buku pelajaran pasti dapat menguasai ilmu dari pelajaran itu secara baik. Selain kamboja pohon2 berbuah juga banyak, akhirnya kami sampai pada pohon ceri lagi, buahnya merah bulat menggoda, tapi sayangnya pohonnya tidak di kuburan, sedikit melenceng ke halaman belakang orang. Alhasil dipanjatlah pohon tersebut, karena pohonnya kecil saya pilih anak buah yang kecil untuk manjat…..Brukkkk…jatuh lagi tapi kali ini di kamar mandi orang nembus asbes….wuahhhhh lari….secepatnya ku tolong untuk segera keluar dari bak mandi lari kencang lewat kuburan. Wushhh ….selamet3x… Saya juga suka bersepeda, kami sering ke Juanda melihat pesawat yang bisa terbang sambil memancing belut, ketetangga desa, kekecamatan lain, setiap trip selalu ada pengalaman yang luar biasa. Saya juga sering menghabiskan waktu siang di belakang rumah, buat tenda dari klaras ( daun pisang yang kering), buat rumah pohon dan berayun2 di pohon2nya. Rumah pohon adalah sarang favorit saya. Jika dipanggil untuk tidur siang, Kami bisa bersembunyi sampai sore tanpa diketemukan. Suatu waktu saya memanjat pohon dan setelah mengintip dirumah yang tertutup rapat, ternyata orang tersebut pelihara kodok gedhe, saat itu saya bingung buat apa pelihara kodok, dan jawabannya baru muncul 10 tahunan kemudian ketika saya kuliah dan melewati jalur ngapak ( kebumen, slawi, banyumasan ) ternyata kodok dibuat hidangan lezat bermerk “ Sate Swike “. Ada juga cerita menarik pada saat puasaan, kami bersekolah di SD negeri, seperti biasanya selalu setiap tahunnya ada pondok romadlon mungkin hari ini lebih ngetrend dengan istilah Sanlat atau pesantren kilat. Cuma semalam sich, tapi kita bisa seru – seruan. Mulai dari hantu – hantuan, saya jadi hantu dan godain teman2 cewek yang mau tidur atau kebelakang kekamar mandi, jika mereka berteriak sampai terkencing – kencing baru saya muncul…hahahaha, kalo sholat terawih disekolah juga seru yang asyik pada saat rukuk, namanya juga berjamaah pada saat rukuk maupun berdiri saya sering senggol kesamping kiri dan kanan, jamaahpun berantakan jatuh semua. Hahaha seru sekali saat itu, bisa membuat imamnya marah…Saya melakukan itu sebenarnya untuk menutupi kepiluan saya, saya berusaha menghibur diri sendiri, setiap kali buka puasa saat saat pondok romadlon atau sahur, setiap orang tua menghantarkan bekal untuk anaknya, sedangkan saya tidak sekalipun pernah terhantar. Hal ini berlanjut di dunia sekolah juga, setiap kali rangking satu, tidak ada kebanggaan yang muncul, yang ada adalah tangis kesedihan, krn salah satu atau kedua orang tua tidak bangga mengambil raport anaknya, biarpun saya adalah anak satu – satunya dari mereka yang terpisah sejak umurku 7 bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar